SELAMAT DATANG DI SENJANG BUDAYA SASTRA

Jika semua orang kita anggap bersalah, maka kesalahan yang terbanyak adalah dari kita. karena salah itu wajar, adakalanya dari sebuah kesalahan akan melahirkan beberapa kebaikan.

Minggu, 12 April 2009

SYETAN PUN INGIN DICINTAI

Syetanpun ingin dicintai

Dalam ludruk budaya Pandir


Segala yang syetan benci otomatis Tuhan sukai. Sebaliknya, segala yang tidak disukai Tuhan pastilah syetan senang. Akan tetapi ada perkara dibenci syetan, juga dibenci oleh Tuhan?

Perkosa saja istrinya syetan atau anak gadisnya syetan, pastilah syetan akan marah padamu dan Allah juga benci terhadap perbuatanmu. Wah, ini konyol namanya!

Tapi, tapi, nanti dulu. Atau, jangan-jangan syetan pun sangat senang kepadamu, karena belum ada dalam sejarah peradaban manapun, ada manusia yang nekat memperkosa istri atau anak gadisnya syetan.


Sebetulnya ini bukan sebuah obrolan dalam dunia manusia atau mereka yang dalam dunia syetan. Saya sekadar ingin mengajak kita yang masih dalam kapasitas manusia ini untuk kembali melihat di mana sebenarnya perbedaan kita (manusia) dengan mereka (syetan).


Kita semua maklum;

Bila tiba bulan Romadhon, mendadak masjid-masjid menjadi ramai penuh sesak dengan padatnya para jama'ah yang melakukan sholat sunnah tarawih. Tetapi di luar Romadhon masjid-masjid itu seakan terperangah kaget atas kelengangan para jama'ah sholat wajibnya yang entah pada kemana?

Para imam-imam di baiat untuk bisa memberikan wejangan dan taushiyah-taushiyah singkat (kultum) meskipun kadang-kadang dengan modal materi pas-pasan yang baru ia dapat dari buku-buku yang baru dibeli pada siang harinya di kaki lima atau di sebuah toko buku.

Para guru TPQ-pun ikut pula kebanjiran order dalam bersafari (keliling) ke setiap masjid-masjid dalam rangka memenuhi undangan berbuka puasa, sholat sunnah tarawih bersama, debat ilmiah di sebuah sekolahan, tadarusan, bahkan sampai ke dinas-dinas pekantoran. Suara lantunan tilawah kitab sucinya indah menggema saat mengimami sholat, qur'annya juga hapal (surat2 pendek juz 'amma juga Qur'an kan?) Meskipun kadang-kadang paginya kita lihat juga ustadz yang baru jadi itu menjadi peserta setia dalam 'asmara shubuh' di salahsatu tanah lapang tengah kota.

Atau kita pernah juga mengtahui; ada sebuah kisah cukup menarik dari salah seorang anggota kalangan legislative kita. Dia mengadakan acara 'menebar cinta dengan kasih sayang' dengan mengundang para anak yatim untuk berbuka puasa bersama di sebuah hotel mewah. Pada waktu berbuka anak anak yatim bersantap senang, bahkan ada yang meneteskan air mata atas segala kenikmatan pemberian Allah terhadap kebaikan kawan kita yang anggota DPR itu. Aku juga menangis. Akan tetapi bukan karena rasa haru-biruku menyaksikan kesenangan anak-anak yatim itu. Melainkan, rasa dukaku yang mendalam terhadap kawan kita sang anggota DPR itu. Dia berkata sambil berbisik kepadaku; ''sebenarnya, aku tak pernah sehari pun melaksanakan puasa, ini hanyalah sebuah sensasi''.

Ini cerita dari dunia penyakit; kita mencaci maki terhadap yang namanya 'penyakit'. Sekecil-seringan apapun dia. Mewakili orang yang sok mewakili, aku mendatangi produk terbaru dari dunia penyakit; namanya ...., kudatangi kutanyai dia;

Saya; 'kenapa setiap saat selalu muncul dari duniamu jenis-jenis penyakit terbaru?'

HIV; 'sebenarnya aku adalah kuno dan usang, kami sudah terprogram dengan baik semenjak penciptaan Adam as. Yang salah orang-orang dari duniamu sendiri yang selalu menyebutkan kami dengan istilah-istilah baru yang lebih seram. Kami hanya menuruti kehendak dari duniamu. Sebagaimana Allahmu dan Allahku menuruti kehendak prasangka dari hamba-hambanya.

Saya; konon jumlahmu semakin banyak seiring dengan banyaknya jenis-jenis makanan maka semakin banyak pula jenis jenis penyakit terbaru yang engkau luncurkan, baru-baru ini aku mendengar; engkau telah launching lagi produk paling barumu 'xx'

Penyakit; kan dari duniamu juga yang sok kepintaran. Kebutuhan .....mu selalu terpaut dengan sempalan-sempalan 'Dajjalisasi'. Coba kau lihat! Para leluhurmu dahulu selalu mengkomsumsi yang sifatnya alami (natural) mereka semua sehat!. Pilihan yang Cerdas. Dan di zamanmu sekarang? Ogah dengan yang berbau 'alami'akhirnya pucuk (godhong, jawa) daun ubi kayu saja misalnya di zaman para pendahulumu di grogoti ulat; itu menunjukkan daun ubi leluhurmu sterile 'bebas penyakit'. Sekarang? Orang -orang dizamanmu sekarang, berlomba menelurkan produk-produk yang paling ganas, agar daun ubi kayu mu bebas dari segala ulat dan hama. Hasilnya; ulat saja takut mati karena racun-racun itu, eh malah orang-orang mu mengklaim dijamin sehat dan bebas kimia. Kalau tidak sakit, minimal lolo, lule, buyan, linglung, akhirnya segalanya jenis penyakit 'diborong habis' (komplikasi).

Apa hubungannya cerita diatas dengan syetan?

Jelas ada!

Kita lihat dari konteks tafsir qur'an.

Demikian, azazil (nenek moyangnya para jin; iblis) dia terusir bukan karena murka Allah. Melainkan karena salahsatu bentuk perwujudan dari sebuah programnya Allah. Artinya, cintanya Allah. Jauh kebelakang, Azazil termasuk diantara makhluq terkasih dan terpilih. Begitu dari sekian banyak kelompok banuljan diberi amanat untuk memelihara bumi. Semua inkar pada komitmen semula. Membunuh, merusak tatanan bumi, permusuhan tak kian henti. Akhirnya kembali program Allah di 'enter' tanpa harus meminta pertimbangan para malaikat-malaikatNya. Terjadilah demikian, banuljan di bumi hanguskan dengan lemparan-lemparan batu dari paruh-paruh burung utusan. Musnah dalam sekejab. Dunia (bumi) menjadi hening. Bau anyir dan sangit melebur menjadi satu. Hanya satu saja yang tersisah dari pemusnahan masal itu. Dia bernama Azazil. Kenapa? Karena Allah adalah yang tak pernah inkar janji, karena Azazil masih setia dengan sifat penghambaannya sebagai seorang hamba. Bukan hanya itu, Azazil mendapat 'surfrise' berupa pengangkatan derajat. Dia (Azazil) di tempatkan kelangit pertama, Azazil tahu diri. Konon aktifitas ibadah (kepatuhan)nya di tempat ini pun lebih 1000 tahun. Hal itu berlangsung setiap perseribu tahun ibada (penghambaan) selalu diberi 'suprise' derajat dari langit satu sampai langit ke tujuh. (bersambung..)




Tidak ada komentar: